Ka'bah

“Sesungguhnya Rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (diantaranya) makam Ibrahim; barang siapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu dari semesta alam.”

Iklan Super Murah

Software Iklan Baris Massal

Pendataran

Silahkan lakukan pendaftaran secara online disini

Peluang Usaha Tambahan

Kami Agen Perwakilan Gampang Umroh Kab. Tangerang,
Menawarkan kerjasama kepada anda yang sudah mempunyai toko, untuk menjadi agen pendaftaran Umroh dan Haji Plus. Komisi sangat menarik.

Tugas anda hanya menerima pendaftaran, untuk administrasi dan pendaftaran kami yang akan mengurusnya.

GRATIS....

Jika berminat silahkan hubungi :
081383960412
sukarnofaza@gmail.com

Perhatian

Sehubungan dengan adanya perluasan Masjid Haram, maka pemerintah Saudi Arabia, telah membeli di area Misfalah (belakang Hotel Hilton dan Grand Zam-zam), sehingga hotel-hotel yang tidak terkena gusuran menaikan harga hotel. Jadi jangan tertipu dengan iming-iming paket murah dan dekat, karena sebenarnya sudah tidak ada hotel yang dekat kecuali hotel-hotel berbintang 5 di sekitar pelataran Masjid Al-Haram. Carilah travel yang amanah, terpecaya dan bukan hanya menawarkan murah tapi ternyata jauh dari kenyataan. Apalagi bagi yang pertama kali ber Umrah, jadi jangan sia-siakan dana yang Anda keluarkan dengan iming-iming murah, nyaman dan dekat. Karena yakinlah paket yang ditawarkan oleh Travel-travel terpecaya PASTI akan sesuai dengan apa yang ditawarkan. Jangan pula tergiur dengan FEE besar bagi perwakilan TRAVEL mana saja karena pastinya, hak jamaah akan dikurangi. Semoga Umrah Nya MAQBUL & MABRUR.

DP 2.8juta dan Booking Seat USD500.Jadwal Keberangkatan :
Paket 21 Mei (9 hari)

Info lengkap : 0813-8396-0412

Jumat, 28 Oktober 2011

Kemenag Prioritaskan Calhaj Lansia, Jamaah Sakit Bertambah


Jamaah calhaj lanjut usia. (Republika/Priyantono Oemar)




REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH – Menteri Agama Suryadharma Ali mengatakan pemerintah tahun ini lebih memprioritaskan jamaah berusia di atas 60 tahun untuk menjalankan ibadah haji. Ini dilakukan setelah mendapat tambahan kuota dari Pemerintah Arab Saudi.

Namun, konsekuensi dari bertambahnya jumlah jamaah usia lanjut, jamaah yang sakit dan dirawat pun semakin banyak. “Jadi apa yang terjadi sekarang (banyaknya jamaah sakit) sebagai imbas karena kita memprioritaskan jamaah berusia yang sudah tua,” ujar Suryadharma seusai meninjau Balai Pengobatan Haji Indonesia (PBHI), Kamis (27/10), seperti dilaporkan wartawan Republika Muhammad Subarkah dari Tanah Suci. Ia mengakui tahun ini terjadi kecenderungan peningkatan jamaah yang dirawat di BPHI.

Menurut Surya, tahun ini jamaah yang berusia lanjut atau di atas 60 tahun sangat banyak jumlahnya. Ia mengatakan banyak jamaah lansia yang masuk daftar tunggu selama lima hinga 10 tahun. ’’Karena tahun ini Indonesia mendapat tambahan kuota haji sekitar 10 ribu orang, maka sebagian besar kuota itu dialokasikan untuk jamaah berusia lanjut, disamping ada yang untuk jamaah haji khusus.’’

Suryadharma mengatakan, meski memiliki konsekuensi, prioritas untuk jamaah lansia tetap akan diambil apabila tahun depan Indonesia kembali mendapat tambahan kuota haji. Ini termasuk jamaah yang masuk daftar tunggu lima hingga 10 tahun. “Karena pada musim haji berikutnya jumlah tenaga medis juga diupayakan ditambah.” ujarnya.

Hingga kini, jamaah Indonesia berusia lanjut yang sudah berada di Arab Saudi mencapai 205.352 orang, terdiri atas usia 51-60 tahun (54.385 orang atau 31,77 persen), usia 61-70 tahun (29.235 orang atau 17,07 persen), usia 71-80 tahun (9.627 orang atau 5,62 persen), usia 81-90 tahun (2.105 orang atau 1,22 persen), dan usia 91 tahun keatas (110 orang atau 0,06 persen).

Redaktur: Johar Arief

http://www.jurnalhaji.com/2011/10/28/kemenag-prioritaskan-calhaj-lansia-jamaah-sakit-bertambah/
Selengkapnya...

Rabu, 26 Oktober 2011

Keutamaan 10 Hari Pertama Dzulhijjah


Bulan Dzulhijjah, bulan ke-12 bulan penutup kalender hijriyah sudah di depan mata (insya Allah mulai besok Jumat 27/10). Berikut kami sampaikan keutamaan dan tuntunan amal di bulan dzulhijjah.




Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ. يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ : وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ.

“Tidak ada hari-hari yang pada waktu itu amal shaleh lebih dicintai oleh Allah melebihi sepuluh hari pertama (di bulan Dzulhijjah).” Para sahabat radhiyallahu ‘anhum bertanya, “Wahai Rasulullah, juga (melebihi keutamaan) jihad di jalan Allah?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “(Ya, melebihi) jihad di jalan Allah, kecuali seorang yang keluar (berjihad di jalan Allah) dengan jiwa dan hartanya kemudian tidak ada yang kembali sedikitpun.” (HR al-Bukhari)

Dari Jabir bin Abdullah Rosulullah bersabda: “Hari yang paling utama di dunia adalah hari sepuluh Dzulhijjah”. (Shohihul Jami’)

Karena besarnya keutamaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah ini, Allah Ta’ala sampai bersumpah dengannya dalam firman-Nya: وَلَيَالٍ عَشْرٍ “Dan demi malam yang sepuluh.” (Qs. al-Fajr: 2). Yaitu: sepuluh malam pertama bulan Dzulhijjah, menurut pendapat yang dikuatkan oleh Ibnu Katsir dan Ibnu Rajab, [serta menjadi pendapat mayoritas ulama].

Imam Ibnu Hajar al-’Asqalani berkata, “Tampaknya sebab yang menjadikan istimewanya sepuluh hari (pertama) Dzulhijjah adalah karena padanya terkumpul ibadah-ibadah induk (besar), yaitu: shalat, puasa, sedekah dan haji, yang (semua) ini tidak terdapat pada hari-hari yang lain.”

Amal shaleh dalam hadits ini bersifat umum, termasuk shalat, sedekah, puasa, berzikir, membaca al-Qur’an, berbuat baik kepada orang tua dan sebagainya.

Amal sholih yang dianjurkan:

1. Berpuasa selama hari-hari tersebut, atau pada sebagiannya terutama pada hari Arafah. Kecuali Hari ke-10 (Idul Adha).

Tidak disangsikan lagi bahwa puasa adalah jenis amalan yang paling utama, dan yang dipilih Allah untuk diri-Nya. Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah, melainkan Allah pasti menjauhkan dirinya dengan puasanya itu dari api neraka selama tujuh puluh tahun." [Hadits Muttafaq 'Alaih].

Puasa Arafah, adalah puasa pada tanggal sembilan Dzulhijjah. Hukumnya sunnah mu'akkadah (sunnah yang sangat dianjurkan) bagi mereka yang tidak menunaikan ibadah haji.

عَنْ أَبِي قَتَادَةَ اْلأنْصَارِيِّ رضي الله عنه، أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ، أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ، وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ.

Dari Abi Qotadah ra, Rosulullah saw bersabda: "Saya mengharap kepada Allah agar puasa pada hari Arafah menghapuskan dosa tahun sebelumnya dan tahun yang sesudahnya". (HR. Muslim no. 196, Tirmizdi no.749 dan Ibnu Majah no 1756)

2. Memperbanyak membaca Tahlil, Takbir dan Tahmid

مَا مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمُ وَلاَ أَحَبُّ إِلىَ اللهِ الْعَمَلَ فِيْهِنَّ مِنْ هَذِهِ اْلأَيَّامِ الْعَشْرِ فَأَكْثِرُوْا فِيْهِنَّ مِنَ التَّهْلِيْلِ وَالتَّكْبِيْرِ وَالتَّحْمِيْد

"Tiada hari yang lebih baik dan lebih di cintai Allah ta'ala untuk beramal baik padanya dari sepuluh hari Dzul Hijjah, maka perbanyaklah membaca tahlil (Laa ilaaha illallah), takbir (Allahu Akbar) dan tahmid (Alhamdu lillah)".(HR. Ahmad)

Imam Bukhari menjelaskan bahwa Ibnu Umar dan Abu Hurairah, mereka berdua pergi ke pasar pada sepuluh hari Dzulhijjah untuk menggemakan takbir pada khalayak ramai, lalu orang-orang mengikuti takbir mereka.

Ishaq meriwayatkan dari para ahli fiqih pada masa tabi'in, bahwa mereka mengucapkan pada sepuluh hari Dzulhijjah

اَللَّهُ أَكْبَرُ الَّلهُ أَكْبَرُ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَالَّلهُ أَكْبَرُ اَلَّلهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

"Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tiada ilah yang berhak untuk di sembah kecuali Allah, dan Allah Maha Besar, AllAh Maha besar dan bagi Allah segala pujian"

Dan disunnahkan pula mengeraskan suara ketika melantunkan takbir di tempat-tempat umum, seperti: di pasar, di rumah, di jalan umum atupun di masjid dan di tempat-tempat yang lain.

Allah berfirman:

وَلِتُكَبِّرُواْ اللّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

"Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu". (QS. Al-Baqarah: 185).

3. Berkurban

Berkurban adalah ibadah kepada Allah dengan menyembelih seekor kambing atau sepertujuh onta atau sapi pada hari Idul Adha dan tiga hari tasyriq, yaitu tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah. Hukumnya sunnah mu'akkadah menurut jumhur ulama. Ibadah kurban bukan kewajiban sekali seumur hidup, tetapi sunnah yang dianjurkan setiap tahun jika dirinya mampu, bahkan Rasulullah saw ketika di Madinah beliau selalu berkurban setiap tahunnya. Dalam sebuah hadits disebutkan:

عَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه قَال : ضحَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ أَقْرَنَيْنِ ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ وَسَمَّى وَكَبَّرَ وَوَضَعَ رِجْلَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا ( متفق عليه

Dari Anas ra berkata: “Nabi saw berkurban dengan dua kambing yang mulus dan bertanduk yang disembelihnya dengan tangannya sendiri ambil mengucapkan takbir, beliau meletakkan kakinya di leher kambingnya. (Muttafaq Alaihi)

4. Sholat Idul Adha

Dianjurkan untuk menghadiri sholat Idul Adha dan mendengarkan khutbah bagi kaum muslimin yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji. Di antara para ulama yang membenarkan pendapat bahwa sholat Ied adalah wajib kecuali adanya uzur yang menyebabkan tidak bisa menghadiri sholat ied seperti hujan adalah Imam Ibnu Taimiyah berdasarkan firman Allah: “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah” (QS. Al-Kautsar: 2)

Kaum wanita yang sedang mendapatkan haidh dan berhalangan dianjurkan juga untuk menghadiri sholat ied untuk mendengarkan khutbah. Di anatara hikmah disyariatkannya hari ied karean hari itu adalah hari kebaikan dan kesyukuran. Wallahu a’alam bisshowab.

5. Banyak beramal shalih, berupa ibadah sunnah seperti: shalat, sedekah, jihad, membaca Al-Qur'an, amar ma’ruf-nahi munkar dan lain sebagainya.

Sebab amalan-amalan tersebut pada hari itu dilipatgandakan pahalanya. Bahkan amal ibadah yang tidak utama bila dilakukan pada hari itu akan menjadi lebih utama dan dicintai Allah daripada amal ibadah pada hari lainnya meskipun merupakan amal ibadah yang utama, bahkan sekalipun jihad yang merupakan amal ibadah yang amat utama, kecuali jihadnya orang yang tidak kembali dengan harta dan jiwanya.

*)dari berbagai sumber

*posted by: Blog PKS PIYUNGAN - Bekerja Untuk Indonesia


Selengkapnya...

Senin, 24 Oktober 2011

MUI Minta Arab Saudi Sediakan Sarana Thawaf Bagi Jamaah Uzur

24 October 2011 | Kategori: Berita, Rukun Haji


Tawaf (Antara)

Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta penyelenggara ibadah haji menyediakan sarana dan prasana untuk membantu pelaksanaan thawaf ifadlah bagi jamaah uzur. Permintaan ini merupakan bagian rekomendasi fatwa MUI Tentang Badal Thawaf Ifadlah yang dikeluarkan Senin (24/10).



Sekretaris Komisi Fatwa MUI, Asrorun Ni’am Sholeh, mengatakan berdasarkan kajian hukum yang dilakukan oleh MUI, ritual thawaf tersebut tak boleh digantikan orang lain (badal). Jika tidak dilakukan secara langsung oleh jamaaah yang bersangkutan, maka hukumnya tidak sah. Mereka yang sakit dan tidak mememugkinkan untuk melaksanakan thawaf sendiri dapat menggunakan alat bantu.

Ia mengungkapkan MUI mengeluarkan fatwa itu sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh Kementerian Agama menyusul keraguan sejumlah kalangan tentang boleh tidaknya badal thawaf ifadlah. Munculnya kebingunganan ini menyusul penertiban pemerintah Arab Saudi atas penggunaan tandu saat pelaksanaan ritual di sekitar Ka’bah.

Untuk itu, katanya, selain rekomendasi di atas, MUI meminta pula Kemenag berkenan melakukan pendekatan resmi kepada pemerintah Arab Saudi untuk memberikan kemudahan bagi jamaah haji yang sakit, terutama tatkala menjalankan ritual thawah yang merupakan rukun haji tersebut.



Reporter: Nashih Nashrullah

Redaktur: Johar Arief
http://www.jurnalhaji.com/2011/10/24/mui-minta-arab-saudi-sedikan-sarana-thawaf-bagi-jamaah-uzur/
Selengkapnya...

Minggu, 23 Oktober 2011

Sunah-Sunah Haji

23 October 2011 | Kategori: Rukun Haji

Para jamaah haji berdoa di Multazam, Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi. Foto: Antara/Prasetyo Utomo


Oleh Syekh Abdul Azhim bin Badawi Al-Khalafi

Haji adalah salah satu ibadah dari sekian banyak ibadah, mempunyai rukun, hal-hal yang wajib dan hal-hal yang sunnah.



A. Sunah-Sunah Ihram:

1. Mandi ketika ihram.
Berdasarkan hadits Zaid bin Tsabit bahwasannya ia melihat Nabi SAW mengganti pakaiannya untuk ihram lalu mandi. (HR Tirmidzi)

2. Memakai minyak wangi di badan sebelum ihram.
Berdasarkan hadits Aisyah, ia berkata, “Aku pernah memberi wewangian Rasulullah SAW untuk ihramnya sebelum berihram dan untuk tahallulnya sebelum melakukan thawaf di Ka’bah.” (Muttafaq ‘alaih, At-Tirmidzi, Abu Dawud, An-Nasa’i, Ibnu Majah).

3. Berihram dengan kain ihram (baik yang atas maupun yang bawah) yang berwarna putih.
Berdasarkan hadits Ibnu Abbas, ia berkata, “Rasulullah SAW berangkat dari Madinah setelah beliau menyisir rambut dan memakai minyak, lalu beliau dan para sahabat memakai rida’ dan izar (kain ihram yang atas dan yang bawah).

Adapun disunnahkannya yang berwarna putih berdasarkan hadits Ibnu Abbas, bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, “Pakailah pakaianmu yang putih, sesungguhnya pakaian yang putih adalah pakaianmu yang terbaik dan kafankanlah orang-orang yang wafat di antara kalian dengannya.” (Muttafaq ‘alaih).

4. Shalat di lembah Aqiq bagi orang yang melewatinya.
Berdasarkan hadits Umar, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda di lembah Aqiq, “Tadi malam, telah datang kepadaku utusan Rabb-ku dan berkata, ‘Shalatlah di lembah yang diberkahi ini dan katakan (niatkan) umrah dalam haji.”

5. Mengangkat suara ketika membaca talbiyah.
Berdasarkan hadits As-Saib bin Khalladi, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Telah datang kepadaku Jibril dan memerintahkan kepadaku agar aku memerintahkan para sahabatku supaya mereka mengeraskan suara mereka ketika membaca talbiyah.” (HR Bukhari, Abu Dawud, Ibnu Majah).

6.Bertahmid, bertasbih dan bertakbir sebelum mulai ihram.
Berdasarkan hadits Anas, ia berkata, “Rasulullah SAW shalat Dzuhur empat rakaat di Madinah sedangkan kami bersama beliau, dan beliau shalat Ashar di Dzul Hulaifah dua rakaat. Beliau menginap di sana sampai pagi, lalu menaiki kendaraan hingga sampai di Baidha. Kemudian beliau memuji Allah bertasbih dan bertakbir, lalu beliau berihram untuk haji dan umrah.” (HR Bukhari, Abu Dawud).

7. Berihram menghadap kiblat.
Berdasarkan hadits Nafi’, ia berkata, “Dahulu ketika Ibnu Umar selesai melaksanakan shalat Subuh di Dzul Hulaifah, ia memerintahkan agar rombongan mulai berjalan. Maka rombongan pun berjalan, lalu ia naik ke kendaraan. Ketika rombongan telah sama rata, ia berdiri menghadap Kiblat dan bertalbiyah. Ia mengira dengan pasti bahwa Rasulullah SAW mengerjakan hal ini.” (HR Bukhari).

B. Sunah-Sunah Ketika Masuk Kota Makkah
1. Menginap di Dzu Thuwa, mandi untuk memasuki kota Makkah dan masuk kota Makkah pada siang hari.
Dari Nafi’, ia berkata, “Dahulu ketika Ibnu Umar telah dekat dengan kota Makkah, ia menghentikan talbiyah, kemudian menginap di Dzu Thuwa, shalat Subuh di sana dan mandi. Ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW mengerjakan hal ini.” (Muttafaq ‘alaih, Abu Dawud).

2. Memasuki kota Makkah dari Ats-Tsaniyah Al-Ulya (jalan atas).
Berdasarkan hadits Ibnu Umar, ia berkata, “Dulu Rasulullah SAW memasuki kota Makkah dari Ats-Tsaniyah Al-Ulya (jalan atas) dan keluar dari Ats-Tsaniyah As-Sufla (jalan bawah).” (Muttafaq ‘alaih, An-Nasa’i, Ibnu Majah).

3. Mendahulukan kaki kanan ketika masuk ke dalam Masjidil Haram.

4. Mengangkat tangan ketika melihat Ka’bah.

C. Sunah-Sunah Thawaf
1. Al-Idhthiba’
Yaitu memasukkan tengah-tengah kain ihram di bawah ketiak kanan dan menyelempangkan ujungnya di pundak kiri sehingga pundak kanan terbuka, berdasarkan hadits Ya’la bin Umayyah bahwasannya Rasulullah SAW thawaf dengan idhthiba’. (HR Ibnu Majah, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah).

2. Mengusap Hajar Aswad.
Berdasarkan hadits Ibnu Umar, ia berkata, “Aku melihat Rasulullah SAW ketika tiba di Makkah mengusap Hajar Aswad di awal thawaf, beliau thawaf sambil berlari-lari kecil di tiga putaran pertama dari tujuh putaran thawaf.” (Muttafaq ‘alaih, An-Nasa’i).

3. Mencium Hajar Aswad.
Berdasarkan hadits Zaid bin Aslam dari ayahnya, ia berkata, “Aku melihat Umar bin Khathab RA mencium Hajar Aswad dan berkata, “Seandainya aku tidak melihat Rasulullah SAW menciummu, niscaya aku tidak akan menciummu.” (Muttafaq ‘alaih, Abu Dawud, Ibnu Majah, At-Tirmidzi, An-Nasa’i).

4. Bertakbir setiap melewati Hajar Aswad.
Berdasarkan hadits Ibnu Abbas, ia berkata, “Nabi SAW thawaf mengelilingi Ka’bah di atas untanya, setiap beliau melewati Hajar Aswad beliau memberi isyarat dengan sesuatu yang ada pada beliau kemudian bertakbir.” (HR Bukhari).

5. Berlari-lari kecil pada tiga putaran pertama thawaf yang pertama kali (thawaf qudum).
Berdasarkan hadits Ibnu Umar, “Bahwasanya Rasulullah SAW ketika thawaf mengitari Ka’bah, thawaf yang pertama kali, beliau berlari-lari kecil tiga putaran dan berjalan empat putaran, dimulai dari Hajar Aswad dan berakhir kembali di Hajar Aswad.” (Muttafaq ‘alaih, Ibnu Majah, Abu Dawud, An-Nasa’i).

6. Mengusap rukun Yamani.
Berdasarkan hadits Ibnu Umar, ia berkata, “Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW mengusap Ka’bah kecuali dua rukun Yamani (rukun Yamani dan Hajar Aswad).” (Muttafaq ‘alaih, Abu Dawud, An-Nasa’i).

7. Berdo’a di antara dua rukun (rukun Yamani dan Hajar Aswad) dengan do’a sebagai berikut: رَبَّنَآ آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

“Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (HR Bukhari, Ibnu Majah).

8. Shalat dua rakaat di belakang maqam Ibrahim setelah thawaf.
Berdasarkan hadits Ibnu Umar, ia berkata, “Setelah tiba, Rasulullah SAW thawaf mengelilingi Ka’bah tujuh kali, kemudian beliau shalat dua rakaat di belakang maqam Ibrahim dan sa’i antara Shafa dan Marwah.”

9. Sebelum shalat di belakang Maqam Ibrahim membaca: وَاتَّخِذُوْا مِنْ مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّىٰ.

“Dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim itu tempat shalat.”

Kemudian membaca dalam shalat dua rakaat itu surat Al-Ikhlash dan surat Al-Kaafirun.

10. Berdiri di antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah dengan cara menempelkan dada, wajah dan lengannya pada Ka’bah.

11. Minum air zamzam dan mencuci kepala dengannya.
Berdasarkan hadits Jabir bahwasannya Rasulullah SAW mengerjakan hal tersebut.

D. Sunah-Sunah Sa’i:
1. Mengusap Hajar Aswad (seperti yang telah lalu).
2. Membaca: إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِن شَعَائِرِ اللَّهِ ۖ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ أَوِ اعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ أَن يَطَّوَّفَ بِهِمَا ۚ وَمَن تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللَّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ

“Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebagian dari syi’ar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullaah atau berumrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i di antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maham Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-Baqarah: 158).

Kemudian membaca: نَبْدَأُ بِمَا بَدَأَ اللهُ بِهِ.

“Kami mulai dengan apa yang dimulai oleh Allah.”

3. Berdoa di Shafa.
Ketika berada di Shafa, menghadap Kiblat dan membaca: اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، أَنْجَزَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ.

“Tidak ada tuhan yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan, bagi-Nya segala puji dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada tuhan yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah semata. Yang melaksanakan janji-Nya, membela hamba-Nya (Muhammad) dan mengalahkan golongan musuh sendirian.”

4. Berlari-lari kecil dengan sungguh-sungguh antara dua tanda hijau.

5. Ketika berada di Marwah mengerjakan seperti apa yang dilakukan di Shafa, baik menghadap Kiblat, bertakbir maupun berdoa.

E. Sunnah-Sunnah Ketika Keluar dari Mina
1. Ihram untuk haji pada hari Tarwiyah dari tempat tinggal masing-masing.

2. Shalat Dzuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya’ di Mina pada hari Tarwiyah, serta menginap di sana hingga shalat Subuh dan matahari telah terbit.

3. Pada hari Arafah, menjamak shalat Dzuhur dan Ashar di Namirah.

4. Tidak meninggalkan Arafah sebelum matahari tenggelam.

Redaktur: Chairul Akhmad
Sumber: Disarikan dari kitab Al-Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitaabil Aziiz, karya Syekh Abdul Azhim bin Badawai Al-Khalafi. Edisi Indonesia Panduan Fiqih Lengkap, Penerjemah Team Tashfiyah LIPIA-Jakarta, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir.
Selengkapnya...

Keutamaan Haji dan Umrah

23 October 2011 | Kategori: Rukun Haji

Para jamaah haji tengah melaksanakan thawaf di Baitullah, Makkah. Foto: Antara Kuwadi.

Oleh: Syekh Abdul Azhim bin Badawi Al-Khalafi

Dari Abu Hurairah RA, bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, “Umrah ke umrah adalah penghapus dosa antara keduanya, dan haji yang mabrur tidak ada pahala baginya selain Surga.” (Muttafaq ‘alaih).




Dari Ibnu Mas’ud RA, bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, “Iringilah antara ibadah haji dan umrah karena keduanya meniadakan dosa dan kefakiran, sebagaimana alat peniup api menghilangkan kotoran (karat) besi, emas dan perak, dan tidak ada balasan bagi haji mabrur melainkan surga.” (HR At-Tirmidzi, An-Nasa’i).

Dari Abu Hurairah, dia berkata, “Aku mendengar Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa melakukan haji ikhlas karena Allah Azza wa Jalla tanpa berbuat keji dan kefasikan, maka ia kembali tanpa dosa sebagaimana waktu ia dilahirkan oleh ibunya.” (Muttafaq ‘alaih).

Dari Ibnu Umar, Nabi SAW bersabda, “Orang yang berperang di jalan Allah dan orang yang menunaikan haji dan umrah, adalah delegasi Allah. (ketika) Allah menyeru mereka, maka mereka memenuhi panggilan-Nya. Dan (ketika) mereka meminta kepada-Nya, maka Allah mengabulkan (pemintaan mereka).” (HR Ibnu Majah).

Haji beserta umrah adalah kewajiban yang dilakukan sekali dalam seumur hidup, bagi setiap Muslim yang baligh, berakal, merdeka serta mampu.

Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya rumah yang pertama kali dibangun untuk (tempat beribadah) manusia ialah Baitullah yang berada di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh manusia. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS Ali ‘Imran: 96-97).

Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah berkhutbah di tengah-tengah kami, beliau bersabda, “Telah diwajibkan atas kalian ibadah haji, maka tunaikanlah (ibadah haji tersebut).” Lalu ada seorang berkata, “Apakah setiap tahun, wahai Rasulullah?” Lalu beliau diam sampai orang tersebut mengatakannya tiga kali, kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Andaikata aku menjawab ya, niscaya akan menjadi suatu kewajiban dan niscaya kalian tidak akan mampu (melaksanakannya).” Kemudian beliau bersabda, “Biarkanlah aku sebagaimana aku membiarkan kalian. Sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum kalian ialah banyak bertanya dan banyak berselisih dengan Nabi mereka. Apabila aku memerintahkan sesuatu kepada kalian, maka laksanakanlah semampu kalian. Dan apabila aku melarang sesuatu, maka tinggalkanlah.” (HR Muslim, An-Nasa’i).

Dari Ibnu Umar, bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, “Islam dibangun atas lima pilar: (1) Persaksian bahwa tidak ada tuhan yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah dan bahwasannya Muhammad adalah utusan Allah, (2) mendirikan shalat, (3) menunaikan zakat, (4) haji ke Baitullah, dan (5) berpuasa Ramadhan.” (HR Bukhari).

Dari Ibnu Abbas, bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, “Ini adalah ibadah umrah yang kita bersenang-senang dengannya. Barangsiapa yang tidak memiliki hadyu (binatang kurban), maka hendaknya ia bertahallul secara keseluruhan, karena ibadah umrah telah masuk kepada ibadah haji sampai hari Kiamat.” (HR Muslim)

Dari Shabi bin Ma’bad, ia berkata, “Aku pergi menemui Umar, lalu aku berkata kepadanya, “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya aku telah masuk Islam, dan aku yakin bahwa diriku telah wajib menunaikan ibadah haji dan umrah, lalu aku mulai mengerjakan kedua ibadah tersebut.’ Lalu beliau berkata, ‘Engkau telah mendapatkan petunjuk untuk melaksanakan Sunnah Nabimu.”

Redaktur: Chairul Akhmad
Sumber: Disarikan dari kitab Al-Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitaabil Aziiz, karya Syaikh Abdul Azhim bin Badawai al-Khalafi, Edisi Indonesia Panduan Fiqih Lengkap, Penerjemah Team Tashfiyah LIPIA-Jakarta, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir.
Selengkapnya...

Menangis Haru di Depan Ka’bah

24 October 2011 | Kategori: Pengalaman Haji

Ahmad Mustofa (dok pribadi)
Pada bagian pertama (‘Haji, Sebuah Perjalanan Penuh Air Mata’) sudah diceritakan pengalamanku saat ziarah ke masjid Nabi dan sholat tahajud di taman syurga Roudhah yang penuh dengan linangan air mata haru. Pada kesempatan kedua ini akan diceritakan perihal pengalamanku saat pertama kali melihat Ka’bah dan melakukan thawaf mengelilinginya, yakni saat musim haji tahun 2009.
Pada tahun 2009 tersebut kebetulan aku tergabung dalam kloter ke-6 embarkasi Juanda Surabaya. Setelah tinggal sembilan hari di kota Madinah untuk mengikuti ibadah sholat arba’in, maka rombonganku melanjutkan perjalanan menuju kota Makkah Al Mukaromah.

Sebelum berangkat menuju kota Makkah kami beserta rombongan sudah mengenakan pakaian ihrom dan kami mengambil miqot di Masjid Bir Ali. Sepanjang perjalanan bibirku tiada henti melantunkan kalimat talbiyah secara bersamaan dengan rombangan dalam bus. Hawa panas dari gurun pasir di siang hari yang tidak mampu diusir dengan sempurna oleh AC dari bus tidak begitu kami hiraukan.
Pikiranku terbang jauh, menerawang ke empat belas abad silam. Teringat akan sejarah Rosulullah yang tiada kenal lelah mensyiarkan Islam sehingga bisa dipeluk oleh milyaran orang seperti saat ini. Perjuangan nabi tentunya tidak ringan dan tentunya penuh rintangan onak dan duri serta cacian makian dari para kaum kafir. Sehingga beliau berhijrah dari kota Makkah ke kota Madinah. Yang tentunya perjalanan hijrah tersebut sangat penuh resiko dan mara bahaya. Tiada terasa lelehan air mataku membasahi pipiku teringat perjuangan nabi yang sangat berat tersebut.
Apalagi perasaan rindu akan panggilan Allah untuk menziarahi Bait-Nya benar-benar membuncah. Sehingga menambah sesak dadaku dan semakin deras lelehan air hangat dari mataku sepanjang perjalanan dari Madinah sampai Makah Al Mukaromah. Ingin rasanya segera cepat-cepat sampai di kota Makah dan segera bisa sholat di depan Ka’bah.
Sampai di Makkah
Sesampainya di kota Makkah, senja baru saja menyelimuti langit kota Makkah dan sebentar lagi waktu isya’ segera tiba, namun hawa panas gurun masih terasa. Setelah kami sampai maktab dan mengurus pembagian kamar serta mengurus barang bawaan. Kami secara rombongan menujulah ke Masjidil Haram untuk melakukan ibadah umroh wajib, yakni thawaf, sa’i dan kemudian tahalul.
Hati terus berdegup kencang, bagaikan hati seorang remaja yang sedang kasmaran yang akan bertemu dengan pujaan hatinya. Kami menuju Masjidil Haram dengan menumpang bus dan setelah sampai di Masjidil Haram kami dibriefing sekali lagi oleh seorang ustadz pembimbing kami, tentang tata cara ibadah thawaf dan tentu juga mengingatkan perihal bacaan do’a saat melihat ka’bah.
Debaran di hatiku bertambah kencang saat kakiku kulangkahkan memasuki Masjidil Haram meliwati pintu Bab Babusalam. Begitu memasuki masjid dan mataku menatap bangunan kubus yang terbungkus kain hitam, pertama yang meluncur dari mulutku adalah bacaan tasbih, Subhanallah!
Dengan perasaan haru yang sangat dan lelehan air mata kemudian kupanjatkan do’a saat melihat Baitullah, yakni: “Allaahumma zid haadzalbaita tasyriifan wa ta’zhiiman wa takriiman wa mahaabatan wazid mansyarrafahu wa karramahu mimman hajjahu awi’tamarahu tasyriifan wa ta’zhiiman wa takriiman wa birraa” (Ya Allah, tambahkanlah kemuliaan, kehormatan, keagungan dan kehebatan pada Baitullah ini, dan tambahkanlah pula pada orang-orang yang memuliakan, menghormati dan mengagungkannya di antara mereka yang berhaji atau yang ber-umrah padanya dengan kemuliaan, kebesaran, kehormatan dan kebaikan).
Perasaan haru, lelehan air mata di pipiku, rasa sesak di dada, rasa bersalah karena gelimangan dosa dan juga rasa sangat kecil di hadapan Ilahi benar-benar terus menyelimuti hatiku saat itu. Tiada Tuhan kecuali Allah dan Allah Maha Besar. Hambamu ini sangat kecil dan sangat tidak berarti apa-apa. Baitullah begitu berwibawa berada di tengah- tengah Masjidil Haram yang selalu dikelilingi oleh ratusan, ribuan bahkan puluhan ribu jama’ah yang sedang thawaf mengikuti perintah-Nya.
Dengan terus memandang Baitullah dan air mata yang terus deras mengalir. Kumulailah thawaf umroh wajib, dari batas arah rukun hajar aswad di kiri sisiku dan lampu neon hijau di sisi kananku, kuucapkan niat dalam hati untuk mulai thawaf, Bismillah Allahu Akbar. Dengan terus membaca talbiah diselingi membaca rangkaian do’a thawaf sesuai panduan dari Kementerian Agama kami terus melakukan thawaf berputar dengan arah berlawanan putaran jarum jam memutari Ka’bah Baitullah.
Perasaanku campur aduk antara haru, kecil tak berarti apa-apa, berdosa karena gelimangan dosa-dosa dan pengharapan ampunan dan maghfiroh dari NYA terus menyelimuti hatiku.
Satu kali, dua kali dan tiga kali putaran, air mata terus meleleh dan membasahi pipiku. Dengan terus melantunkan talbiyah, tasbih, tahmid dan tahlil kuterus menerus memohon dalam hati ampunan dari Nya. Dan bahkan lelehen air mata semakin tak bisa terbendung saat putaran kelima sampai ketujuh saat kuberhasil menyentuh Rukun Yamani dari Ka’bah sebagaimana disunahkan oleh Rosulullah.
Setelah mengelilingi Baitullah untuk thawaf selesai, kemudian kutunaikan sholat sunah dua raka’at di arah belakang Maqam Ibrahim. Dalam sholat tersebut rasanya aku begitu dekat dengan Allah sepanjang sholat. Baca’an demi baca’an sholat sebisa mungkin kulafalkan dengan fasih dan kuhayati artinya. Semakin menjadi-jadilah linangan air mataku meleleh di pipi. Dan bahkan air mataku membasahi laintai tempat aku sujud.
Praktis sepanjang sholat saya menangis terus dengan lelehan air mata yang tiada henti. Rasanya baru kali ini aku menangis dalam sholat sampai separah ini. Subhanallah, duh sungguh benar-benar nikmat rasanya!
Ahmad Mustofa
Jamaah Haji 2009
Selengkapnya...